Selasa, 23 Juli 2019

Peran dan Fungsi Ilmu Tasawuf (Kajian Tasawuf Serambi Islami Episode 02)

Kajian Tasawuf 
"Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekadar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri"

Ustadz Rahmat Abdullah dalam "Kematian Hati"



PERAN Ilmu Tasawuf sesuai objek kajiannya adalah hati atau mengenai gerak-gerik hati. Sedangkan Fungsi Ilmu Tasawuf, adalah Tazkiyatun Nafs (menyucikan jiwa). Pada Fitrahnya, ruhani itu suci dan butuh kepada Allah SWT. Sayyid Ahmad ibni Idris dalam kitabnya Fuyudhatul Mawahibil Makiyyah menuturkan, "Ruhani manusia adalah cahaya yang berasal dari tiupan ruh Allah SWT."

Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa, dan merugilah orang yang mengotorinya,” (QS Asy Syams [91]: 7-10) 

Tazkiyatun Nafs

Sebelum membersihkan hati, seorang Salik harus mengingat kembali dosa-dosa yang telah dilakukan. Dia harus mengetahui terlebih dulu bentuk dosanya, apakah maksiat yang dulu dia lakukan termasuk dosa kecil atau dosa besar. Dengan mengenali dosa, Salik akan diberi kemampuan untuk membersihkan hatinya. Selain itu sebagai syarat agar Allah SWT mengampuni dosa, maka terlebih dulu harus mengakui dosa-dosa yang telah dilakukan. 

Selain akibat dosa, hati juga akan kotor oleh penyakit hati. Imam Al Ghazali dalam Kitab Al Arbain, mengingatkan minimal ada 10 penyakit hati. Dengan mengetahui penyakit hati kita akan mampu membersihkannya. Kesepuluh penyakit hati itu adalah: 1. Banyak Makan, 2. Banyak Bicara, 3. Mudah Marah, 4. Dengki (Hasad), 5. Bakhil (Cinta Harta) 6. Cinta Jabatan, 7. Hubbud Dunya (Cinta Dunia), 8. Takabur, 9. Ujub, 10. Riya (Syirik). 

Untuk para salik, ulama memberikan pesan, "Harus senantiasa Mulazamah (Istiqomah) hadir di majelis ilmu dan zikir". Dengan giat hadir di majelis ilmu (Ilmu Tasawuf), Salik akan mengetahui jenis-jenis penyakit hati. Selanjutnya diberi kemampuan untuk membersihkan dosa-dosa tersebut lewat zikir-zikir. Jangan lewati proses ini, bangun kesadaran untuk mengakui dosa yang kita lakukan. Karena dosa tidak hanya dibalas di akhirat, tapi di dunia pun sudah dirasakan. Balasan itu bisa berupa problem yang bertubi-tubi. Sungguh sayang, sedikit sekali yang menyadari hal ini.

Dosa adalah kotoran yang membuat tidak nyaman, tapi lama-kelamaan jadi kebiasaan. Analoginya, ketika kita pergi ke kamar mandi yang sangat kotor, begitu masuk terasa bau pesing menyengat. Awalnya bau tersebut membuat kita tidak enak, namun lama kelamaan bau tersebut berkurang kemudian kita pun terbiasa. Ini menggambarkan ketika dosa dilakukan berulang-ulang, maka semakin tidak terasa. Bahkan, terasa nyaman dalam perbuatan dosanya.

Senjata Rahasia Iblis
Ada sebuah kisah dalam Kitab Aj Jaibul Qolbi karangan Imam Al-Ghazali: Ketika terjadi banjir Besar pada zaman Nabi Nuh as, dan orang yang beriman telah berada pada bahtera tersebut. Ternyata di  bahtera itu ada penumpang gelap. Nabi Nuh as yang jeli melihat ada orang yang tidak dikenal, serta-merta beliau mengusirnya. Sebelum pergi, Iblis laknatullah membocorkan tiga senjata ampuh untuk menggelincirkan umat manusia. Dengan senjata inilah siapapun manusia akan mampu digelincirkan. Inilah senjata rahasia Iblis Laknatullah:

Pertama, Al Hasad (Dengki). Hatinya sakit, bahkan ingin menghilangkan nikmat Allah SWT dari orang lain. Dalam kisahnya Iblis menjawab, bahwa hasad adalah penyakit Iblis. Ketika di surga bersama Adam as awalnya tenang-tenang saja. Namun ketika Allah SWT memerintahkan untuk sujud kepada Adam, Iblis menolak. 

Penolakan iblis itu, karena dia mempunyai penyakit hasad. Sehingga Iblis rela melepas rahmat Allah SWT, justru Allah SWT mengutuk iblis menjadi laknatullah dan mengusirnya dari surga. Sebab hasad, sepanjang hidupnya Iblis menyandang gelar laknatullah. Ringkasnya, Hasad itu susah melihat orang senang dan senang melihat orang lain susah.

Kedua, Al Hirshu (Rakus). Keinginan pada dunia yang berlebih-lebihan alias punya ambisi dan keinginan yang besar terhadap dunia. Dalam kisahnya Iblis menceritakan ketika Adam AS dan Siti Hawa dilarang oleh Allah untuk mendekati pohon. Maka justru keinginan Iblis makin keras untuk membujuk Adam AS dan Siti Hawa agar memakan buah yang dilarang oleh Allah SWT tersebut.

Penyakit Al Hirshu ini lebih banyak menjangkit kepada kaum hawa. Sebagaimana Ibunda Siti Hawa terbujuk oleh Iblis karena menginginkan keabadian. Iblis mengiming-imingi, setelah memakan buah Khuldi akan abadi. 

Tasawuf hadir membimbing umat manusia, seperti dicontohkan oleh Rasulullah yang dikisahkan dalam Al Quran:

۞قَالَتِ ٱلۡأَعۡرَابُ ءَامَنَّاۖ قُل لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ وَلَٰكِن قُولُوٓاْ أَسۡلَمۡنَا وَلَمَّا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِي قُلُوبِكُمۡۖ وَإِن تُطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا يَلِتۡكُم مِّنۡ أَعۡمَٰلِكُمۡ شَيًۡٔاۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٌ ١٤ 

"Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Pengampun lagi Penyayang,"  (QS Al-Hujurat [49] :14).

"Orang-orang Arab Badui itu berkata," yang dimaksud adalah segolongan dari kalangan Bani Asad. "Kami telah beriman" mereka menyatakan seperti itu. Tapi, "Katakanlah," kepada mereka, "Kalian belum beriman, tetapi katakanlah, 'Kami telah berserah diri." Artinya, kami telah tunduk secara lahiriah, karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian. Imannya itu baru sebatas dugaan kalian. "... dan jika kalian taat kepada Allah dan Rasul-Nya," yakni dengan cara beriman yang sesungguhnya dan taat dalam segala hal. Maka "Dia tidak akan mengurangi" Dia tidak akan mengurangi "amal-amal kalian" yakni pahala amal-amal kalian (barang sedikit pun); Sesungguhnya Allah " Pengampun" kepada orang-orang mukmin "lagi amat Penyayang" kepada mereka.

Ketiga, Al Kibru Takabur atau Sombong. Menolak kebenaran yang datangnya dari Allah SWT. Ketika Iblis diperintahkan untuk sujud kepada Adam as, dia menolak karena ada penyakit takabur dalam hatinya. Iblis mengaku lebih baik dari Adam, karena diciptakan dari tanah sedang Iblis diciptakan dari api. 

Firman Allah SWT:
ٱلَّذِينَ يُجَٰدِلُونَ فِيٓ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ بِغَيۡرِ سُلۡطَٰنٍ أَتَىٰهُمۡۖ كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ وَعِندَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْۚ كَذَٰلِكَ يَطۡبَعُ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ قَلۡبِ مُتَكَبِّرٖ جَبَّارٖ ٣٥ 
 “(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.“ (QS Al-Mukmin [40] : 35)
Rasulullah bersabda: “Tidaklah masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau hanya sebesar biji sawi.” (HR Muslim, Tirmidzi)

Zikir Memperindah Hati
Bagaimana kedudukan zikir dalam ilmu Tasawuf? Salah satu fungsi dari ilmu Tasawuf adalah untuk memperindah hati, namun sebelumnya hati dibersihkan terlebih dulu. Proses pembersihan hati ini disebut dengan Takhalli. Setelah dibersihkan barulah hati bisa diperindah, salah satu caranya adalah dengan mulazamah berzikir kepada Allah SWT.
Rasulullah bersabda,

مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

Perumpamaan orang yang berzikir dengan orang yang tidak berzikir laksana orang hidup dengan orang mati,” (HR Bukhari dan Muslim).

Manakala hatinya bersih, otomatis lidah pun akan mengeluarkan kata-kata penuh hikmah mencerahkan. Semua anggota badan pun akan berlaku lampah yang indah. Perilaku elok karena tidak menyakiti lainnya dan hadirnya memberi manfaat. Namun realita kehidupan sehari-hari berbanding terbalik, tampak kondisi yang sangat memperihatinkan. Apalagi kalau berbicara perilaku masyarakat di sosial media. Jelang Pilpres apalagi, Hoaks bertebaran dan saling memanas-manasi.

Jiwa jadi gersang, karena Tasawuf absen dalam kehidupan. Betapa pentingnya Tasawuf dalam kehidupan. Tasawuf harus dihadirkan untuk menghentikan kepiluan berkepanjangan ini. Upaya membersihkan hati dimulai dengan proses Takhalli

Lanjutkan upaya ini dengan menghiasi hati masuklah ke proses Tahalli. Terus perkuat jiwa dengan membangun kualitas ruhani. Diantara pilar ruhani itu adalah: Taubat, Sabar, Zuhud, Al Faqru, Khauf, Tawakal, Syukur, Ridha, Mahabbah dan Dzikrul Maut.

Takhalli, artinya mengosongkan jiwa dari sifat-sifat buruk, seperti: sombong, dengki, iri hati, cinta dunia, cinta kedudukan, riya, dan sebagainya. Sedangkan Tahalli, berarti menghiasi jiwa dengan sifat-sifat yang mulia, seperti: kejujuran, kasih sayang, tolong menolong, kedermawanan, sabar, keikhlasan, tawakal, kerelaan, cinta kepada Allah SWT, dan sebagainya, termasuk di dalamnya adalah banyak beribadah, berzikir, dan muraqabah kepada Allah SWT.

Kajian Tasawuf TVRI Nasional SERAMBI ISLAMI
Narasumber: Syekh Akbar Muhammad Fathurahman (Mursyid Tarekat Idrisiyyah)
Ditayangkan Setiap Kamis Bada Subuh

Versi Youtube : 


Klik disini
Agar daging Qurban-mu Tepat Sasaran

SilakanKlik
Lengkapi Kebutuhan Anda


Tidak ada komentar:

Posting Komentar